Bangkalan, Media Edy Macan 17 Agustus 2025 – Di tengah euforia peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, potret memprihatinkan terlihat di dunia pendidikan. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lombang Laok 2, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, berada dalam kondisi memprihatinkan dengan dinding retak dan atap bocor. Situasi ini memicu kecaman publik yang mempertanyakan ke mana aliran Dana BOS yang seharusnya dialokasikan untuk perbaikan.
Masyarakat setempat menilai kondisi ini sebagai bukti kegagalan negara dalam menjamin hak dasar pendidikan yang layak. Bertahun-tahun, bangunan sekolah itu tak tersentuh perbaikan, seolah-olah dibiarkan rusak oleh pihak-pihak terkait.
"Sudah bertahun-tahun kondisinya seperti ini. Ke mana larinya dana BOS yang digelontorkan pemerintah setiap tahun?" ungkap seorang warga yang enggan disebut namanya. "Ini bukan lagi soal bangunan, tapi soal masa depan pendidikan anak-anak kami. Jangan biarkan mereka belajar dalam kondisi berbahaya."
Kekesalan warga semakin memuncak saat meminta tanggapan dari pihak sekolah. Saat dikonfirmasi, Kepala SDN Lombang Laok 2, Abdul Wahed, hanya memberikan jawaban singkat yang memicu kontroversi.
"Muridnya hanya 44, Mas," tulisnya via pesan singkat, seolah-olah jumlah murid menjadi alasan diabaikannya kondisi gedung.
Jawaban ini dinilai warga sebagai bentuk penghindaran dari masalah utama. Mereka mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan dan Inspektorat untuk segera melakukan audit menyeluruh.
"Kami curiga ada yang tidak beres. Kondisi sekolah bukannya membaik, malah makin parah. Jangan-jangan dananya tidak sampai ke peruntukan yang sebenarnya," tegas warga lainnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang SD, Ali Yusri Purwanto, memberikan klarifikasi terkait kendala yang ada.
"Kita lihat dulu status tanahnya, Mas. Kalau sudah milik Pemkab, insyaallah akan kami prioritaskan," kata Yusri.
Meskipun demikian, alasan status tanah dinilai tidak dapat menjustifikasi kondisi gedung yang sudah sangat tidak layak dan mengancam keselamatan siswa. Realitas di lapangan ini menjadi tamparan keras bahwa jargon pemerataan pendidikan masih sebatas retorika, sementara faktanya jauh dari harapan. (Red/Mzl)
Post a Comment